Miskonsepsi perkembangan Numerasi - Guru Belajar Seri Literasi Dan Numerasi
1. Apakah numerasi mulai dapat dikenal ketika anak berusia 2 tahun?
Pernah membaca atau melihat sebuah tulisan yang mengatakan bahwa perkembangan numerasi seorang anak dimulai ketika memasuki tahapan masa kanak-kanak, yaitu ketika berumur 2-6 tahun, seperti sebuah flyer di bawah ini?
Penjelasan:
Tak ada yang salah dengan pernyataan di atas, hanya mungkin sedikit kurang tepat. Mengapa? Karena sebenarnya tahap perkembangan numerasi sudah bisa dilihat sejak anak masih berusia di bawah 1 tahun. Banyak yang berasumsi bahwa berhitung terbatas tentang mengenal angka-angka atau ilmu berhitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang baru bisa dipelajari atau diperkenalkan ketika anak sudah memasuki usia pra-sekolah. Padahal, numerasi tidak hanya sebatas itu saja. Perkembangan numerasi bahkan bisa dilihat dari contoh-contoh sederhana yang sering terlihat pada seorang bayi, yang mungkin selama ini dianggap bukan bagian dari perkembangan numerasi. Misalnya, menurut Federasi Penitipan Anak Kanada (2009), ekspresi dari seorang anak yang berumur 2-4 bulan ketika sebuah boneka meloncat lebih banyak dari yang biasanya mereka lihat, ada perkembangan angka pada anak tersebut. Hal ini sudah dimulai bahwa semenjak bayi, seorang anak mampu mengenali pola dengan mengamati apa yang ada di sekitar dan pola merupakan bagian dari numerasi.
2. Apakah anak-anak di usia pra-sekolah sudah bisa menghitung dengan lancar dan mampu menghafal tabel?
Penjelasan:
Beberapa orang tua juga terlihat khawatir ketika pada usia pra-sekolah seorang anak belum bisa melakukan operasi hitung dengan lancar sehingga memasukkan anaknya ke lembaga kursus agar bisa berhitung dengan cepat. Lagi-lagi tidak ada yang salah dengan keputusan ini. Hanya karena perkembangan dikhawatirkan akan ada tahapan-tahapan numerasi yang terlewatkan oleh anak langsung diberikan konsep berhitung cepat dengan hafalan dan latihan (drill). Padahal, anak-anak di usia pra-sekolah ini diharapkan tidak hanya sekedar bisa menghafal angka-angka atau menghafal tabel, tapi lebih agar mereka bisa memahami konsep dasar serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dengan atau tanpa bantuan benda-benda konkrit. Hal-hal yang bersifat hafalan cenderung lebih mudah dilupakan karena otak manusia bekerja dengan membuang memori yang tidak bermanfaat. Beberapa kasus di bimbingan belajar, murid mengingat rumus/cara cepat untuk menghadapi ujian tanpa adanya penjelasan mengenai konsep dasar. Akibatnya, setelah ujian selesai maka rumus/cara cepat tersebut sudah dilupakan.
3. Apakah numerasi adalah konsep matematika dasar yang hanya perlu dipelajari pada tingkat sekolah dasar dan menengah pertama?
Penjelasan:
Ada pandangan yang and bahwa untuk anak yang sudah berada di usia sekolah menengah atas atau orang dewasa sudah tidak perlu lagi mempelajari numerasi. Hal ini disebabkan karena numerasi terbatas pada ilmu dasar matematika yang hanya perlu dipelajari di tingkat sekolah dasar. Meskipun demikian tentu saja tidak tepat. Numerasi memang tidak memerlukan kemampuan matematika yang tinggi, namun ini tidak berarti bahwa kepercayaan diri kita terhadap kemampuan dasar yang kita miliki sudah cukup untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa? Karena seringkali permasalahan yang kita hadapi di dunia nyata justru lebih kompleks sehingga memerlukan kemampuan berhitung yang baik (National Numeracy, 2012). Ini artinya, belajar numerasi sudah bisa dilakukan semenjak seorang anak baru lahir dan akan terus berlanjut sampai anak tersebut dewasa. Tentu saja dengan kemampuan-kemampuan numerasi yang berbeda pada setiap tingkat perkembangannya.
0 Response to "Miskonsepsi perkembangan Numerasi - Guru Belajar Seri Literasi Dan Numerasi"
Post a Comment