-->

Soal dan Kunci Jawaban Guru Belajar Seri Literasi dan Numerasi bagian 1

 1. Ada pandangan yang mengemukakan bahwa tradisi bertutur yang telah mengakar, tumbuh dan berkembang di masyarakat adalah menghambat literasi membaca (reading literacy) utamanya minat, kegemaran dan budaya membaca masyarakat. Bagaimana menurut bapak dan ibu mengenai hal ini?


Jawaban dan Penjelasan

Kelisanan dan literasi sering diurutkan dalam sebuah kontinuum yang linier. Seolah ketika sebuah bangsa memasuki era literasi atau memiliki perilaku literat, mereka telah menanggalkan budaya kelisanan (Dewayani, 2017; 16). Ketika menjual lebih jauh, masyarakat zaman 'kuno' sebelum muncul huruf alfabet (abjad), mereka terbiasa mengemukakan ide maupun berkomunikasi secara lisan. Dari generasi ke generasi, karya intelektual mereka, melalui tradisi dan budaya bertutur (oralitas). Kemampuan dan keterampilan retorika justru merupakan suatu kebanggaan dan keunggulan yang menggambarkan tingkat kecerdasan yang dimiliki. Oralitas bukan merupakan kebiasaan bangsa Indonesia saja juga bangsa Arab yang dikenal dengan ummi (al Alusi, tt; 38-48) dan bangsa Yunani dan Romawi. Ternyata tidak otomatis, suatu masyarakat yang terbiasa menggunakan lisan dan belum mengembangkan -secara formal- kebiasaan membaca dan menulis dapat dijuluki buta huruf. Meski pengertian asal literasi adalah kemampuan untuk membaca dan menulis (ability to read and write), sehingga karenanya masyarakat yang mempraktekkan membaca dan menulis dikenal sebagai masyarakat literat, namun bukan berarti mereka yang masih menggunakan bahasa lisan tidak literat. Hubungan antara tradisi bertutur (oralitas) dan literasi, sangat kompleks dan harus dilihat secara komprehensif (Harris, 1991, Thomas, 1992, Ong, 2002). Cara pandang ini yang harus kita gunakan untuk memahami hubungan tradisi dan budaya lisan dengan literasi (dalam artian, membaca dan menulis) pada konteks masyarakat dan sosial budaya Indonesia sehingga tidak ada lagi pendapat yang menyatakan bahwa rendahnya minat baca masyarakat kita disebabkan karena adanya kebiasaan bertutur (oralitas). Jika dari keterampilan berbahasa (kecakapan bahasa), justru terdapat hubungan yang sangat erat antara belajar lisan dengan kesiapan membaca. Pengetahuan mendalam yang menarik bagaimana murid memperoleh pengetahuan awal mereka mengenai literasi kerja yang diperoleh dari proses-proses yang mana mereka mempelajari bahasa lisan (bahasa lisan) (Ray dan Medwell, 1991;70-71). Semakin kaya murid mendapatkan keluasan dan Keragaman kata, ujaran yang jelas dan lancar, semakin melengkapi kecerdasan bahasa mereka secara kognitif untuk mendukung kesiapan keterampilan membaca mereka. Berbicara mengenai pengalaman akan memperluas stok konsep-konsep dan asosiasi kosa kata murid-murid (Anderson, 1985; 21-22). Pengalaman-pengalaman cerita memiliki signifikansi yang tinggi di dalam kehidupan kita dan di dalam perkembangan literasi, terutama murid-murid memperoleh dari cerita-cerita. Narasi bahkan menjadi aktivitas bahasa paling tua dan paling dasar (Whitehead, 1990, 97-98). 

Dari berbagai penelitian, secara umum berbahasa lisan serta melengkapi suatu latar belakang pengalaman yang mendukung serta keterampilan bagi pembelajaran membaca. Kemampuan itu meliputi ujaran yang jelas dan lancar, diksi yang luas, dan ragam, penggunaan kalimat-kalimat yang lengkap dan sempurna jikalau diperlukan, perbedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan aneka peristiwa dalam urutan yang wajar. Sesungguhnya penumbuhan budaya keaksaraan adalah dimulai dari keluarga. Ini yang lazim disebut muncul literasi. Keaksaraan darurat menganggap bahwa perkembangan bahasa lisan tidak merupakan prasyarat untuk perkembangan bahasa tulis. Keduanya justru berkembang bersamaan dan saling mendukung dan mempermudah. 

Di rumah, murid-murid memperoleh konsep untuk memahami sesuatu, kejadian, pikiran dan perasaan serta kosakata bahasa lisan untuk mengekspresikan konsep-konsep tersebut. Mereka mendapatkan tata bahasa (grammar) dasar bahasa lisan (oral language). Banyak belajar sesuatu mengenai bentuk-bentuk cerita, bagaimana bertanya dan menjawab pertanyaan, dan bagaimana menerima sedikit atau kadang-kadang banyak berupa huruf-huruf dan kata-kata. Perkembangan awal pengetahuan mempersyaratkan membaca datang dari pengalaman berbicara dan belajar tentang dunia. Membaca tergantung pada pengetahuan yang luas. Pengalaman yang luas semata adalah tidak cukup. Ada cara yang mana orangtua berbicara kepada murid-murid mereka tentang suatu pengalaman yang mempengaruhi pengetahuan apa yang murid peroleh dari pengalaman itu dan kemampuan mereka berikutnya untuk menggambarkan pengetahuan tersebut ketika membaca. Berbicara mengenai pengalaman akan memperluas stok konsep-konsep dan asosiasi kosa kata murid-murid (Suprajogo, 2020).



0 Response to "Soal dan Kunci Jawaban Guru Belajar Seri Literasi dan Numerasi bagian 1"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Tengah Artikel 3

Iklan Bawah Artikel