Soal dan Kunci Jawaban Guru Belajar Seri Literasi dan Numerasi bagian 2

 Di masyarakat terdapat bahwa murid-murid usia dini harus diajarkan membaca, menulis, dan menghitung (calistung). Tepatkah untuk memperoleh keterampilan dan kecerdasan literasi, mereka harus diajarkan calistung?

Jawaban dan Penjelasan

Sebenarnya usia dini yang terpenting adalah minat, kegemaran dan budaya literasinya. Mereka bisa belajar membaca, menulis dan berhitung dengan cara yang menyenangkan dan tidak dipaksakan. tentang murid usia dini harus dihitung oleh pandangan saat memasuki sekolah dasar. Secara formal, kurikulum PAUD/TK memang tidak mengajarkan adanya aktivitas calistung (membaca, menulis, dan berhitung). Namun terdapat anggapan bahwa murid yang tidak bisa calistung maka akan menemui kesulitan ketika memasuki jenjang SD. Alasan yang dikemukakan, di antaranya adalah kompleksitas teks pelajaran di SD dan untuk memahami setiap murid dapat dihitung.

Pada beberapa sekolah bahkan kemampuan calistung menjadi pra-syarat masuk sekolah dasar. Selain itu pembelajaran di sekolah dasar kelas awal hingga soal ujian formatif maupun sumatif murid sekolah dasar yang didesain untuk murid yang sudah bisa membaca dan menulis. Di masyarakat, kita dengan mudah menemukan PAUD maupun TK yang memuji kelebihan sekolahnya memiliki program membaca dan menggaransi ketika murid lulus bisa calistung, justru banyak diminati. Berawal dari pola pikir orangtua ini, seringkali guru hanya fokus mengembangkan potensi akademik (calistung) pada peserta didik, sehingga ada kecenderungan untuk menghadapi berbagai potensi akademiknya. Para guru dengan pilihan ini sering dihadapkan pada dua pilihan.

Mengikuti penumbuhan budaya keaksaraan sejak dari rumah. Belajar membaca dan menulis tidak memerlukan pelajaran privat khusus. Alih alih melalui pembelajaran langsung dan formal, murid belajar bahasa melalui interaksi dengan orang dewasa dalam situasi keaksaraan, dengan menjelajah sendiri berbagai tulisan. murid melalui pengamatan terhadap orangtuanya, menggunakan bahasa tulis untuk berkomunikasi. Mereka 'mempelajari' bahasa tulis dengan cara alami seperti dalam belajar bahasa lisan (Pappas, 1995; 19 dalam Akhadiah, 1998; 35)

Share this post